Kerinci, detektifspionase.com – Di tengah derasnya arus modernisasi dan tekanan ekonomi yang semakin menghimpit, kenangan akan makanan tradisional perlahan memudar. Namun tidak bagi Siska, seorang ibu rumah tangga asal Kayu Aro, Kerinci – Jambi, yang bertekad menghidupkan kembali makanan legendaris tahun 80-an: cenil dan tiwul.
Siska yang merupakan alumni SMPN 2 Kayu Aro, menuturkan bahwa anak-anak zaman sekarang sudah tidak mengenal makanan jadul yang dulu menjadi santapan istimewa masyarakat pegunungan teh itu.
> “Anak-anak sekarang gak tahu makanan ini, makanya saya kenalkan lagi. Cenil dan tiwul ini bukan sekadar camilan, tapi bagian dari sejarah dan budaya makan masyarakat dulu,” ujarnya saat dihubungi jurnalis detektifspionase.com.
Tiwul dibuat dari ubi kayu atau gaplek yang dikukus dan diberi kelapa parut, sementara cenil berbahan dasar tepung kanji yang disajikan dengan kuah gula merah yang manis legit. Cita rasa keduanya menggoda, sederhana tapi penuh makna.
Siska juga menyampaikan pesan penting di tengah kondisi ekonomi yang kian sulit:
> “Sekarang ekonomi makin berat, mari kita siapkan ketahanan pangan dari rumah sendiri. Salah satunya dengan menanam kembali ubi kayu, bahan pangan lokal yang murah, mudah, dan mengenyangkan,” ujarnya penuh semangat.
Cenil dan tiwul dulunya hanya mudah ditemukan di daerah pegunungan Kayu Aro, tepatnya di sekitar perkebunan teh yang melegenda. Kini, upaya kecil Siska menghidupkan kembali makanan legen itu menjadi pengingat bahwa warisan kuliner bukan sekadar soal rasa, tapi juga tentang ketahanan, kemandirian, dan cinta pada akar budaya.
Penulis: Daprizal
Editor: Daprizal
Facebook Comments